Me

Me

Minggu, 19 Desember 2010

seri telaah kristen IX: AKIDAH DAN SEJARAHNYA 1: MASA YUNANI KUNO

.. LANJUTAN ...

Kita akan kembali ke masa Yunani Kuno, sebelum masa Masehi saat Yesus dalam khazanah Kristen ada di Bumi. Ini diperlukan, untuk mengerti cara berpikir kaum Barat yang mendominasi agama Kristen, termasuk bahwa ada berbagai pemikiran dan akidahnya yang diadopsi mereka. 

Maka menurut Barat atau Filsafat Barat, sehubungan dengan ini, telaah agama dan pemikiran, dapat pula dipisahkan kemudian (bila memang saja perlu untuk dipisahkan), mengikuti pengaruh adanya sekian banyak konsentrasi penelaahan dan pembangunan potensi manusia yang dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yang juga sesuai menurut para ahli pemikiran modern Barat yaitu:

• penelaahan melalui jalur Akal (berdasarkan logika, rasio, empirik, nyata) 

• penelaahan melalui jalur Hati (berdasarkan perasaan, abstrak) 

Kemudian kita dapat temukan pula pola, kecenderungan, naluri, tindakan serupa, rangkaian pemilah-milahan di berbagai hal-ihwal ragam sisi kehidupan manusia lainnya yang mengikuti dua pemisahan dasar ini. 

Dan karenanya, dengan didominasi peradaban bangsa Barat itu, manusia selama berabad-abad pula membuat pemisahan yang akhirnya menjadi perang berkepanjangan antara:

- Pendukung telaah kehidupan ‘Jalur Akal’ (atau Pemikiran, Logika), melawan, 

- Pendukung telaah kehidupan ‘Jalur Hati’ (yang menurut sebagian manusia, adalah Agama atau Iman) 

Keduanya sering dianggap bertentangan pula satu sama lain, bagi sementara kalangan. 

Dalam Islam sendiri, tidaklah demikian, karena setidaknya saja, keduanya adalah potensi yang diberikan Allah subhanahu wa ta’aala kepada makhlukNya. 

Keduanya patut berjalan bersama dan karenanya pula, sepatutnyalah, saling melengkapi satu sama lain. Atau bahkan, sebenarnya, tak ada pembagian demikian. 

Dalam Islam, agama mencakup pemikiran dan perasaan, iman, mencakup perbuatan, dan apapun di luar itu, jika ada, yang relevan. Sudah pulalah ada bukti-bukti pendukungnya, yang cenderung pula dilupakan orang, misalnya tentang apa yang telah dicapai para generasi Islam awal, kegemilangan mereka yang tak terbantahkan sejarah, yang adalah contoh nyata pengejawantahan ini semua. 

Yang kemudian kiranya sebaiknya penting diwaspadai adalah bahwa pengkotak-kotakan itu bagi beberapa kalangan yang kurang awas (atau menjadi kurang awas, sengaja atau tidak), dapat menjadi jebakan berbahaya yang mungkin menjerumuskan mereka ke dalam pemahaman lebih lanjut yang juga terkotak-kotak. 

Demikian seterusnya dalam jebakan ’lingkaran setan’.

Pemahaman yang terkotak-kotak ini adalah serangkaian pemahaman-pemahaman yang tidak menyeluruh dan cenderung pula menyempit, walau memang pada dasarnya dapat saja demikian secara alami, dan secara naluriah tentu disesuaikan pula dengan potensi masing-masing, sekali lagi. 

Namun, apapun juga, keadaan ini, pengkotak-kotakan ini, tetap berbahaya, jika siapapun tak mempunyai gambaran menyeluruh (atau setidaknya mendekati menyeluruh) akan apapun yang ia hadapi. 

Dan keterkotak-kotakan ini, tentu saja dapat dipandang menjadi semacam satu pemecahan masalah (sementara) yang dapat melebar ke permasalahan baru (walaupun itu juga adalah satu kewajaran alami, Islami, manusiawi), sampai ke satu titik perhentian akhir nanti. Namun tetap tak lengkap. 

Maka dapat disadari pula kiranya, bahwa jamak pula umat manusia (setidaknya umat saat ini, sisa dari peradaban Modern yang digantikan masa Post-Modern saat ini, sejak Abad XXI Masehi masa ini, yang cenderung kembali ke hal alami, lebih Islami), mempercayai sangat akan kekuatan pemikiran (Akal) dan teknologi peradaban manusia (terutama dengan dipimpin cara peradaban Barat), yang ternyata sepanjang jaman pun masih pula berubah-ubah prinsipnya dan tidak membawakan kebaikan dan penyelesaian yang menyeluruh, integratif, paripurna, sistemik (kaafaah). 


SAINS DAN FILSAFAT SERTA MISTIK


Sebelum melangkah menuju pembahasan ini, berikut adalah beberapa hal yang perlu dipahami dalam khazanah Barat dan umum (karena jamak mengikuit pembagian ini), sebagai dasar dalam memahami pembagian-pembagian pembicaraan berikutnya tentang telaahnya. 

Prof. Ahmad Tafsir dari Indonesia dalam bukunya berjudul ”Filsafat Umum” menyebutkan tiga perbedaan dasarnya:

Sains: 

Didukung oleh bukti empiris (harus berdasarkan pengalaman atau dialami) dan logika. 

- Paradigma telaahnya adalah kaidah positif, dan metode ilmiah atau sains adalah sebagaimana dalam kalimat ”Buah ditanam, akan berbuah, dan buah ini terlihat nyata, dapat dimakan, dimanfaatkan.”

Filsafat: 

- Kebenaran yang didapatkan secara logis, tidak empiris (tidak dari pengalaman, tidak harus dialami). 

- Paradigmanya adalah kaidah logis, dan metode logisnya adalah sebagaimana dalam kalimat ”Buah ditanam, akan berbuah, maka, apakah guna lebihnya? Apakah maksudnya? Mengapa itu terjadi? Mengapa ada buah? Dsb. ...” 

Mistik: 

- Kebenaran yang tidak dapat dibuktikan secara empiris dan logis, misalnya tentang keberadaan Tuhan, makhluk halus (Jin) dan sebagainya. 

- Paradigmanya adalah kaidah mistis, beberapa kalangan menganggap metode latihannya adalah Dzikr, Riyadlah Sufistis dan lain-lain. 


Maka disebutkan pula, sebab timbulnya Filsafat sendiri adalah dari berbagai keindahan alam, fenomena alam, hukum alam, bahkan dongeng atau legenda masyarakat, dsb. Tujuan dari Filsafat (dan para pendukungnya) itu sendiri adalah untuk mencari pengetahuan sebenarnya, untuk ’menjadikan manusia menjadi manusia seutuhnya’ (dan ternyata gagal karena memisahkan potensi akal dan hati), dan isi dari Filsafat itu, tergantung dari obyek yang ditelitinya. 

Perbedaan Filsafat dengan Sains adalah bahwa obyek materia sains adalah empiris (nyata, dapat dialami), sedangkan obyek materia filsafat adalah abstrak (tak nyata), lebih luas atau non empiris mutlak (misalnya mengkaji tentang Tuhan, Hari Akhir, dsb.). 

Secara umum karenanya, manusia biasa menyebut pula bahwa Filsafat memanglah didasarkan pada Akal, dan para Filsuf serta peminatnya, adalah para pendungkung utama jalur Akal ini. 

Pendeknya, penelaahan jalur Akal adalah sama dengan (berdasarkan) Filsafat, dan dalam khazanah Barat, agama adalah sama dengan semata-mata mengandalkan telaah perasaan, Hati (satu hal yang berbeda dengan kaidah Islam tentang keduanya, yang patut ditelaah seimbang). 


... LANJUTAN ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar