Me

Me

Jumat, 03 Desember 2010

seri telaah kristen III: sejarah yahudi dan perjanjian lama 2

... LANJUTAN ...

Jadi, Kitab Taurat Musa yang asli telah kabur dimakan sejarah sejak abad VI SM. 

Kitab Taurat Musa yang ada saat ini adalah hanya kumpulan terjemahan dari para penulis sejarah, yang khususnya banyak berisi sejarah Bangsa Bani Israil-Yahudi dan tatacara aturan agamanya, dengan tingkat keakuratan yang rendah. 

Benarlah, karenanya:

QS An Nisaa’ ayat 155 (4:155): 

Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami tertutup." Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka. 

QS Al Maaidah ayat 13 (5:13): 

(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

QS Al An’aam ayat 91 (6 :91): 

Dan mereka tidak menghormati Alloh dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Alloh tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)?" Katakanlah: "Alloh-lah (yang menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya [*].

[*] Perkataan biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya adalah sebagai sindiran kepada mereka, seakan-akan mereka dipandang sebagai kanak-kanak yang belum berakal.


Setelah kemudian dijajah Romawi (pada saat Nabi Isa ‘alaihis salaam diutus ke Bumi), bangsa Yahudi ini kemudian selama hampir 2000 tahun, tercerai-berai, dapat dikatakan berasimilasi dengan berbagai ras di berbagai penjuru dunia, dalam apa yang dinamakan masa ”Great Diaspora” (Penyebaran Hebat) ini, dan akidah serta rasnya bercampur-baur dengan berbagai akidah dan ras di berbagai sisi dunia, terutama dengan kaum Kristen-Barat. 

Kiranya kini kita melihat orang yang menyebut dirinya sebagai (keturunan) Yahudi, berciri-ciri fisik bermacam-macam. Ada yang terlihat sangat seperti orang Kaukasia (kulit putih) dan ini banyak sekali dan sebagian darinya bahkan telah pula beragama Kristen, ada pula yang terlihat seperti ras Semit (orang Timur-Tengah dan ini insya Alloh adalah bentuk aslinya) dan cukup banyak pula jumlahnya, serta ada pula yang terlihat seperti campuran orang Asia (sebagian kecil berasimilasi dengan bangsa Asia, misalnya bangsa Indonesia, yang memiliki Synagogue di Jalan Kayoon di Surabaya), bahkan ada pula yang dapat terlihat kehitaman seperti ras orang Afrika (sebagian kecil darinya). 

Dan sebagian besar dari mereka, herannya, masih kukuh berpendapat bahwa mereka adalah bangsa terpilih dan juga beragama istimewa yang paling benar dan pantas memimpin dunia, walaupun terbukti ras dan ajaran mereka sudah tak murni lagi. 

Mereka bahkan dapat berasimililasi dan berkomplot dengan orang Kristen dalam menegakkan impian superioritas ini, namun juga masih mempertahankan klaim kebenaran masing-masing, dalam persekutuan pragmatis, menghadapi ”common enemy” (musuh bersama) mereka, yaitu Islam dan kaum muslimin ini serta sekutunya. 

Yahudi (Judaisme) bahkan baru pada abad XIX Masehi muncul sebagai istilah untuk menyebut satu agama. Dalam buku yang berjudul, “Judaism”, penulisnya yang bernama Pilkington, menceritakan bahwa pada tahun 1937 Masehi, para rabbi di Amerika bersepakat untuk mendefinisikan Yahudi sebagai definisi, “Judaism is the historical religious experience of the Jewish people.” 

Jadi, agama Yahudi, adalah agama sejarah. Penamaan, tata cara ritualnya, dibentuk oleh proses sejarah. Maka Filsafat dan akidah dalam khazanah Yahudi pun, bercampur baur dengan hawa nafsu manusianya, sebagai subyeknya, sepanjang sejarahnya. 

Benarlah:

QS Al Baqarah ayat 113 (2:113): 

Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan", padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.

QS Al Baqarah 120 (2:120): 

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.


QS Al Baqarah ayat 139-140 (2:139-140): 

(139). Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati, 
(140) ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan. 


... BERSAMBUNG ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar